Materi penyuluhan | Mengenal dan cara membuat Beauveria bassiana, Ampuh mengendalikan hama
Beauveria bassiana merupakan cendawan entomopatogen yaitu cendawan yang dapat menimbulkan penyakit pada serangga. Beauveria bassiana berasal dari kingdom Fungi, filum Ascomycota, kelas Sordariomycetes, orde Hypocreales, famili Clavicipitaceae, dan genus Beauvaria. Merupakan jamur mikroskopik dengan tubuh berbentuk benang-benang halus (hifa). Hifa-hifa tersebut selanjutnya membentuk koloni yang disebut miselia. Jamur ini tidak dapat memproduksi makanannya sendiri, oleh karena itu ia bersifat parasit terhadap serangga inangnya. Cara cendawan Beauvaria bassiana menginfeksi tubuh serangga dimulai dengan kontak inang, masuk ke dalam tubuh inang, reproduksi di dalam satu atau lebih jaringan inang, kemudian kontak dan menginfeksi inang baru.
B. bassiana merupakan parasit agresif untuk berbagai jenis serangga dan menyerang baik dalam tahapan larva maupun usia serangga dewasa. Spora B. bassiana sangat kecil, hanya beberapa micron. Hifa dan spora tidak berpigmen sehingga koloni tampak berwarna putih. Secara alami, B. bassiana terdapat di dalam tanah sebagai jamur saprofit. Kondisi tanah seperti kandungan bahan organik, suhu, kelembaban, dan pola makan serangga dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur di dalam tanah.
Di Indonesia, hasil-hasil penelitian B. bassiana sudah banyak dipublikasikan, terutama dari tanaman pangan untuk mengendalikan Kepik Hijau Nezara viridula L., penggerek buah kapas (Helicoverpa armigera), hama wereng batang coklat (Nilaparvata lugens), walang sangit (Leptocorisa oratorius), pengisap polong (Nezara viridula) dan (Riptortus linearis), kumbang ubi jalar (Cylas formicarius Fabricus) serta kutu daun kedelai (Aphis Glycines Matsumura)
Sistem kerjanya yaitu spora jamur B. bassiana masuk ke tubuh serangga inang melalui kulit, saluran pencernaan, spirakel dan lubang lainnya. Selain itu inokulum jamur yang menempel pada tubuh serangga inang dapat berkecambah dan berkembang membentuk tabung kecambah, kemudian masuk menembus kutikula tubuh serangga. Penembusan dilakukan secara mekanis dan atau kimiawi dengan mengeluarkan enzim atau toksin. Jamur ini selanjutnya akan mengeluarkan racun beauverin yang membuat kerusakan jaringan tubuh serangga. Dalam hitungan hari, serangga akan mati. Setelah itu, miselia jamur akan tumbuh ke seluruh bagian tubuh serangga. Serangga yang terserang jamur B. bassiana akan mati dengan tubuh mengeras seperti mumi dan tertutup oleh benang-benang hifa berwarna putih.
Cara Pembuatan Insektisida Biologi:
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam rancangan ini adalah ulat hongkong atau larva T. Molitor (ulat hongkong) dan tanah di sekitar pohon pisang untuk pembuatan isolat, beras giling, alkohol 75% untuk sterilisasi alat dan air bersih.
Gambar Larva T. Molitor (ulat hongkong)
Alat yang digunakan adalah cangkul, toples ukuran 1 kg, ayakan, kain hitam, ember, baskom peniris, lilin, staples, sendok stainless, panci dandang.
Pembuatan Isolat
Pembuatan isolat dapat menggunakan larva T. Molitor atau ulat hongkong untuk mendapatkan fungi Beauveria bassiana yang berada di tanah maupun dari serangga yang telah mati yang ditumbuhi cendawan putih. Bangkai serangga (cadaver) yang terkolonisasi cendawan dapat dikumpulkan dari berbagai lahan pertanaman di lapangan. Cendawan entomopatogen yang infektif juga dapat diperoleh dari dalam tanah. Hal ini disebabkan karena sebagian besar cendawan merupakan mikroba yang hidup di dalam tanah. Isolasi dari tanah dilakukan dengan cara mengambil contoh tanah dari sekitar lahan tanaman pangan, perkebunan maupun hortikultura yang banyak mengandung bahan organik terutama yang memiliki pH (3–4) dengan kedalaman ±10 cm kondisi tanah yang sesuai dengan kondisi tersebut adalah tanah di sekitar pohon pisang.
Tanah di sekitar pohon pisang dibersihkan dari permukaannya sekitar 0-5 cm dan lapisan tanah yang dalamnya 5-20 cm diambil sebanyak 500gr, karena pada horizon ini banyak terkandung inokulum B. bassiana. Tanah yang sudah diambil kemudian diayak untuk menyortir sampah dan kerikil. Hasil ayakan tanah dimasukkan ke dalam toples dan tidak boleh dipadatkan agar larva T. Molitor dapat bergerak bebas. Tanah harus dalam kondisi lembap. Kemudian larva T. Molitor dimasukkan ke dalam toples dan dilakukan penutupan toples dengan kain hitam dan diletakkan di ruangan tertutup dan terjaga kelembapannya. Pada hari ke 3-4 larva T. Molitor dikeluarkan dari tanah, dan pada hari ke 6-7 akan terlihat jamur B. bassiana yang ditandai dengan permukaan putih pada permukaan larva. Larva yang ditumbuhi fungi B. bassiana akan digunakan sebagai isolat.
Perbanyakan isolat dan pembuatan insektisida biologi
Setelah isolat didapatkan tahap selanjutnya adalah melakukan perbanyakan isolat dengan menggunakan media beras. Media beras digunakan karena media tersebut mudah ditemukan dan daya viabilitas spora cukup tinggi yang mencapai 92,55%. Semua proses dilakukan dengan steril dengan memakai sarung tangan, memakai masker dan melakukan sterilisasi semua alat yang akan digunakan dengan menggunakan sabun dan air mengalir.
Proses perbanyakan dilakukan dengan mencuci beras giling dan dilakukan proses perendaman selama 24 jam kemudian penirisan dengan menggunakan baskom peniris. Beras giling kemudian dimasukkan ke dalam plastik ukuran 100 g dan ujung plastik dilipat. Beras kemudian dikukus selama 1,5-2 jam dan dilakukan pendinginan dengan hasil kukusan tetap berada di panci hingga benar-benar dingin. Setelah dingin isolat dimasukkan ke dalam beras giling dengan menggunakan sendok yang telah disterilisasi dengan alkohol dan dibakar. Ujung plastik kemudian dilipat dan direkatkan menggunakan steples. Media diletakkan pada suhu kamar selama 7-14 hari sampai tumbuh miselium berwarna putih secara penuh pada permukaan media. Biopestisida dari fungi Beauveria bassiana siap diaplikasikan.
Aplikasi insektisida biologi Beauveria bassiana
Aplikasi Insektisida dilakukan pada sore hari untuk menghindari cuaca panas yang dapat menyebabkan fungi Beauveria bassiana mati. Aplikasi Beauveria bassiana dosis 100 g/14 l dengan interval 14 hari sekali efektif menekan atau mengendalikan populasi hama wereng batang coklat dan hama walang sangit. Efektivitas Beauveria bassiana semakin besar dengan meningkatnya dosis dan semakin pendeknya interval aplikasi. Oleh sebab itu jika serangan hama parah lebih baik dilakukan peningkatan dosis insektisida biologi daripada meningkatkan interval penyemprotan.
Proses pelarutan insektisida biologi dilakukan dengan menimbang media yang ditumbuhi fungi Beauveria bassiana sebayak 100gr yang dicampur dengan 1 liter air. Media diremas pada air tersebut kemudian dilakukan proses penyaringan dengan kain bersih. Air hasil remasan dicampur dengan 14 liter air dan diaduk.
Cara pembuatan dapat dilihat pada video berikut:
Komentar
Posting Komentar